Termasuk saya:
Telah banyak menemukan jalan buntu. Tapi, tidak berarti tak ada jalan keluar
Hampir setiap hari kita bergegas dari satu titik ke titik lain, upaya menjadikan hari kita lebih baik. Kehidupan manusia itu dinamis. Selalu saja ada sesuatu yang dapat dilakukan untuk menjalani hidup, bahkan itu tidak masuk dalam agenda besar hidup kita.
Dua tahun setelah lulus kuliah, saya merencanakan jadwal untuk pulang ke kampung. Selain karena rindu kampung halaman, saya lebih rindu ibuku, perempuan yang lemah lembut dan amat bijaksana dalam hidup saya. Ayahku, laki-kaki pemberani dan amat baik hati. Hatinya penuh belas kasihan.
Beberapa hari berturut-berturut saya melakukan persiapan untuk pulang. Suatu hari saat hari terakhir persiapan itu, saya berada di ujung sore yang cerah. Saya gelisah, sebentar-sebentar murung, bahkan tubuhku menjadi lemah. Ada apa ini? Saya bertanya dan sesekali berpikir keras untuk menjawabnya.
Situasi menjadi semakin sulit ketika tiket kapal yang saya beli seminggu sebelumnya hilang tanpa jejak. Dua jam lebih saya cari tanpa hasil. Sementara pukul 03.00 dini hari saya sudah harus ada di pelabuhan.
Dalam kondisi yang demikian sulit itu, saya merasa ada yang kurang. Saya merasa ada satu hal penting yang belum saya lakukan atau sesuatu yang berhubungan dengan persiapan pulang. Kurang lebih 30 menit saya mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang membuat hidup terasa belum lengkap di hari itu.
Memang selalu ada sesuatu yang dapat kita lakukan dengan bahan-bahan dalam hidup sehari-hari. Bahkan jika sesuatu itu hanyalah sekedar menyeduh secangkir kopi untuk menghangatkan hari yang dingin dan kaku. Demikianlah yang saya lakukan di tengah kondisi yang sulit itu.
Saya sadar bahwa seharian itu saya belum menikmati kopi. Dengan takaran yang biasa, saya seruput kopi buatan tanganku itu di bawah langit kota yang mulai bermunculan bintang – bintang kecil. Hingga ditegukan terakhir, hari itu menjadi terasa lebih ringan.
Dalam hidup ini, ada saat-saat dimana kita harus menepi dari semua rutinitas, atau dari berbagai macam tantangan yang kita alami. Bahkan itu penyakit sekalipun. Kita harus berani menarik diri dari sana untuk melihat hal-hal lain yang bisa kita lakukan demi bertahan hidup atau sekedar menghangatkan hari.
Kelemahan tubuh, kehilangan harapan, mengalami jalan buntu dan kesulitan hidup lainnya tidak harus mengilhami pikiran kita setiap saat. Semakin mengilhami pikiran, semakin memberatkan hari baik yang kita jalani.
Kita sebaiknya yakin bahwa semua orang punya kesulitan. Demikianlah banyak orang yang telah menikmati kesulitan mereka dan berhasil mengubahnya menjadi kesempatan untuk hidup lebih baik setiap hari.
Fokus kita saat minum kopi adalah menelaah kualitas kopi yang kita minum. Apakah lebih banyak gula, atau sudah cukup kental kopi nya? atau malahan tampak seperti teh padahal yang kita buat tadi adalah kopi? Ini adalah upaya untuk menepi dari semua kondisi hidup yang sulit.
Setelah kopi saya habiskan, saya mulai untuk cenderung menghargai jiwa dan pikiran saya untuk lebih bebas menjalani kehidupan. Bahwa ada waktunya untuk memikirkan hal-hal biasa saja yang bahkan tidak dipikirkan oleh orang lain. Adalah upaya untuk menemukan pikiran kita lebih stabil dan responsif.
Setelah secangkir kopi itu, malam panjang menjadi lebih hangat hingga semua persiapan pulang menjadi lebih mudah untuk dinikmati.
Pembaca budiman, masih ada waktu untuk keluar dari hari-hari yang berat. Pastikan bahwa saat ini, dihadapan Anda ada secangkir kopi hangat atau telah cukup dingin untuk menghangatkan kehidupan hari ini.
Inspiratif 👍